Senin, 05 Desember 2011

DILEMA

 Langit dini hari begitu indah. Bintang yang berkilauan di matanya tampak seumpama mata ribuan malaikat yang mengintip penduduk bumi. Bulan terasa begitu anggun menciptakan kedaimaian di dalam hati. Ia tak bisa melewatkan pesona ayat-ayat kauni yang maha indah itu begitu saja.
Sejak kecil kedua orang tuanya sudah sering membangunkannya untuk sholat subuh berjama’ah di masjid. Setelah sholat subuh ayahnya mengajaknya untuk membaca ayat-ayat Allah yang begitu indah dan sangat istimewa. Sudah menjadi kebiasaan Zahra sejak kecil, setelah membaca ayat-ayat Allah Zahra membantu ibunya membersihkan rumah dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
“Sudah siap Nduk ? Ayo kita berangkat sekolah nanti kesiangan lagi!”. Begitu kata ayah Zahra yang menurut Zahra ayahnya adalah sosok panglima perang yang selalu menjaga Zahra, ibu Zahra, dan kedua adik Zahra.
“Iya Yah Zahra sudah siap”. Ucap Zahra.  Setelah  itu Zahra berpamitan kepada ibunya dan mencium tangan ibunya untuk mendapatkan restu dari ibunya. Zahra bersekolah di tempat di mana ayah Zahra mengajar di sebuah SMA Negeri di kota tersebut. Jadi Zahra selalu berangkat bersama ayahnya. Sedangkan kedua adik Zahra masih bersekolah di SD dimana ibu Zahra mengajar di sekolah tersebut. Zahra sangat sayang sekali kepada ayah dan ibunya, bagi Zahra tidak ada yang terutama untuk disayangi, karena keduanya adalah yang paling utama.
Sesampai di sekolah Zahra berpamitan kepada ayahnya dan mencium tangan ayahnya untuk mendapatkan restu juga dari ayahnya. Zahra mulai menyusuri koridor pertama yang menuju kelasnya yaitu kelas XII. Hari ini hari pertama ia masuk kelas XII setelah liburan kenaikan kelas. Ia sangat menanti masa-masa itu setelah liburan sekolah yang sangat lama sekali. Ia merindukan teman-temannya yang selama dua tahun ini selalu bersama-sama, baik saat sedih, saat senang mereka selalu bersama-sama. Zahra sangat merindukan salah satu temannya yang sudah Zahra anggap sebgai saudara sendiri. Karena ia adalah salah satu teman yang paling mengerti Zahra, Villa biasa Zahra memanggilnya.
Setelah sampai di kelas XII, Zahra menatap luas kelas tersebut dengan tatapan yakin, karena bagi Zahra ini adalah kelas penentuan dan kelas akhir. Tiba-tiba dengan tidak sengaja Zahra melihat sosok yang asing bagi Zahra, tapi Zahra tidak menghiraukannya. Zahra masuk kelas, ternyata di dalam kelas sudah banyak teman-temannya yang siap untuk menyongsong masa depan, Zahra melihat satu persatu teman-temannya. Batin Zahra mengatakan bahwa teman-teman Zahra sangat bahagia karena mereka sudah berhasil satu langkah untuk menyongsong masa depan, begitu juga dengan perasaan Zahra.
“Hai, Zaaaa,,,”. Tiba-tiba ada suara dari belakang yang mengagetkan Zahra. “Astghfirullah hal’adzim, Villa, ngagetin aja kamu, untung aku enggak punya penyakit jantung, coba kalau aku punya penyakit jantung, nyesel kamu nanti enggak punya teman yang baik seperti aku lagi”. Serbu Zahra dengan kesal.
“iya maaf, kamu sih ngelamun aja, seharusnya kamu bilang makasih sama aku, kalau aku enggak ngagetin kamu, bisa-bisa kamu nanti kemasukan setan loh”. Balas Villa yang tidak mau kalah. Mereka berdua memang unik, teman yang unik, walaupun mereka sering marah satu sama lain tapi mereka tetap saling menyayangi.
Bel berbunyi pertanda pelajaran akan segera di mulai. Zahra dan Villa segera duduk di tampat duduk yang sudah dipersiapkan oleh Villa. Jam pertama adalah jam wali kelas, karena hari ini adalah hari pertama mereka masuk sekolah dan mereka membutuhkan pengarahan dari wali kelas mereka.
“Assalamu’alaikum, anak-anak”. Sapa wali kelas Zahra, Bu Dewi.
“Wa’alaikumsalam, Bu,,,” Jawab anak-anak kelas XII A serempak. Bu Dewi adalah seseorang yang sangat baik, Zahra sudah mengenal beliau sejak masih duduk di kelas XI. “Anak-anak hari ini adalah hari pertama kita masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas, kalian telah berhasil satu langkah menuju masa depan kalian, karena masa depan berada di tangan kalian masing-masing.” Tutur Bu Dewi memberikan motivasi kepada anak didiknya.
 “Anak-anak hari ini kita mempunyai anggota baru di sekolah ini terutama di kelas ini”. Bu Dewi memanggil seorang anak laki-laki yang duduk di belakang.
“Perkanalkan ini teman baru kalian, dia dari Surabaya, dia pindah kesini karena ikut kedua orang tuanya. Perkenalkan namamu ke teman-teman mu!”. Dia ini anak laki-laki yang tadi aku lihat di depan kelas, jadi dia ini anak baru di sekolah ini. Batin Zahra.
“ Nama saya Wahyu Saputra, teman-teman bisa panggil saya Wahyu, saya dari Surabaya”. Perkenalan yang sangat singkat dari Wahyu. “Sudah, silahkan duduk di tempat kamu lagi”.Ucap Bu Dewi.
***
            Hari demi hari telah Zahra lalui dengan perasaan yang berkobar untuk belajar. Hari ini tepat satu minggu semenjak hari pertama masuk sekolah. “ Zahra, aku mau memberi kamu suatu rahasia”. Ucap salah satu teman laki-laki Zahra. “Putra,,, ada apa? Apa ada sesuatu yang penting?”.
            “Za kamu tahu nggak, kalau sebenarnya......”Kata Putra dengan nada lirih karena sekaranng waktunya jam pelajaran dan membuat Zahra penasaran. “Kalau sebenarnya apa...? jangan membuat orang penasaran deh!”. Kata Zahra dengan wajah penasaran.
            “Kamu tahu nggak, kalu sebenarnya Wahyu, anak baru itu....”Ucap Putra dengan semakin membuat Zahra penasaran. Wajah Zahra semakin kesal dengan Putra. Tapi walaupun demikian Putra merupakan salah satu teman Zahra yang baik dan perhatian kepada Zahra selain Villa.
            “Ada apa dengan Wahyu, duh jangan bikin orang penasaran dong, Putra sekarang tuh lagi jam pelajran, cepet deh kalau mau ngomong nanti Pak Samsul marah loh!”. Pinta Zahra. Karena memang Zahra tidak mau kalua sampai membuat salah seorang guru marah padanya.
            “Za...Wahyu itu suka sama kamu”. Kata Putra dengan suara semakin lirih.
            Zahra terkejut ketika Putra berbicara seperti itu “Hah....Putra jangan bercanda deh..! tidak mungkinlah dia suka sama aku?”. Jawab Zahra dengan terkejut
            “Iya Za, dia sendiri yang bilang sama aku”. Jawab Putra meyakinkan Zahra.
            Bel berbunyi pertanda jam pulang.
            “ Za. Kamu kerumah nenek dulu yah,,,! Hari ini ayah ada rapat”. Kata ayah Zahra.
            Zahra selalu pulang ke rumah neneknya jika ayahnya ada rapat. Zahra mempunayi seorang nenek yang sangat menyayangi Zahra.
***
            Semenjak Putra bicara kalau Wahyu itu suka sama Zahra bingung. Karena semenjak mereka masih kelas XI, Putra sempat mengungkap perasaannya kepada Zahra lewat Villa. Tapi dia takut untuk mengungkapkannya langsung kepada Zahra. Bukan takut kepada Zahra tapi takut kepada Ayah Zahra, karena ayah Zahra adalah seorang guru mereka.
            Putra takut dengan syarat yang diminta oleh Ayah Zahra jika ingin menjadi pacar Zahra.
            “Apa yang dibilang oleh Putra itu benar yah...?? tapi apa perasaan Putra sudah hilang...?. Apakah perasaan Putra itu hanya main-main?” Pikir Zahra, yang membuat Zahra semakin bingung dan membuat hati Zahra takut.
***
            “Zahra....ada surat di meja kamu”. Kata Villa dan Putra.
“Surat....??Surat apa....??” Jawab Zahra bingung.
Mereka bertiga menuju meja Zahra. Di atas meja Zahra ada sepucuk surat dan bunga mawar putih kesukaan Zahra.
Zahra membuka surat tersebut dan membacanya. Setelah selesai membaca surat tersebut Zahra terdiam dan tak dapat berkata apa-apa. Karena penasaran kedua sahabat Zahra berebut membaca surat tersebut.
Sama terkejutnya pula dengan Zahra, Putra dan Villa tidak dapat berkata apa-apa.
“Apa benar ini dari Wahyu..??” Ucap Villa yang membangunkan lamunan Zahra.
“Mungkin....?” Jawab Putra dengan nada datar, dan tidak terkejut lagi.
Zahra tidak dapat berkata apa-apa karena dia semakin dilema dingan ini semua. Disisi lain dia masih memikirkan perasaan Putra padanya, disisi lain dia juga memikirkan pesan dari kedua orang tuanya, terutama pesan dari Ayahnya.
***
            Setelah kejadian tersebut Zahra menjadi orang yang sangat pemurung. Dia jarang bergurau sama teman-temannya, terutama sama kedua sahabatnya.
            “Putra, kenapa yah akhir-akhir ini Zahra jadi pendiam gitu?” Tanya Villa, karena merasa Zahra berubah.
            Putra juga bingung dia hanya bisa diam dan tidak menjawab pertanyaan Villa. Villa jadi semakin bingung dengan kedua sahabatnya.
***
            Hari berikutnya Wahyu menghampiri tiga sahabat tersebut di kantin sekolah. Tiba-tiba wajah Putra menjadi termenung, seperti orang yang ketakutan.
            “ Hai,,Za..”. Sapa Wahyu.
            “ Hai,, Yu,,,ada apa...???”Jawab Zahra.
            “ Za...aku ingin jujur pada kamu....?”. Ucap Wahyu dengan nada bergetar.
            “ Ngomong ajah....!” Jawab Zahra dengan ramah.
            “ Za....sebenarnya.....yang ngirim surat itu....bukan aku......” Kata Wahyu sambil terbata-bata.
            Zahra tersentak kaget. “Maksud kamu bukan kamu yang ngirim surat itu...?, trus siapa yang ngirim surat itu, apa kamu tahu Yu....?”.
            “ Maaf Za...itu memang tulisan aku tapi, aku di suruh oleh salah satu teman sekelas kita. Aku berfikir, aaku merasa kalau aku telah membuat kamu bersedih, dan aku tidak dapat menutupi perasaan ku”.
            “ Kamu disuruh sama siapa...?. Jujur aja, jangan takut”. Jawab Zahra meyakinkan Wahyu.
            “ Yang menulis surat itu adalah.........” Jawab Wahyu terpotong.
            “ Siapa Yu...???”  Pinta Zahra.
            “ Yang menulis surat itu adalah.........Putra”. Jawab Wahyu dengan tegas.
            “ APA...??”. Zahra dan Villa tersentak kaget.
            “ Putra apa itu benar?”. Jawab Zahra dengan merasa takut. Takut kalau itu semua benar.   
“ Terus kenapa kemarin kamu baik banget sama aku dan Zahra untuk membawakan buku tugasnya Bu Dewi ke kantor yang banyak banget itu?”.Tanya Villa bingung.
“ Karena aku nggak mau kalau kamu capek Vil”.Jawab Wahyu.
            Villa kaget dan tidak dapat berkata apa-apa. “ Zahra sebenarnya Putra itu sayang banget sama kamu, tapi dia takut kalau nanti akan kehilangan sahabatnya karena prinsip kamu yang tidak akan pacaran sebelum kamu membahagiakan kedua orang tua kamu terutama ayah kamu”. Ucap Wahyu, sambil melihat Putra yang dari tadi diam.
            “ Iya Za...aku memang sayang sama kamu, tapi aku takut sama prinsip kamu”. Putra mengungkapkan perasaannya kepada Zahra.
            “ Aku tahu, tapi kamu tahu kan kalau aku tidak mau mengecewakan kedua orang tua ku?”. Suara Zahra semakin melemah.
            “ Aku tahu itu, aku nggak akan ganggu kamu lagi, aku akan menunggu mu sampai kapan pun, sampai kamu sudah bisa membuktikan kepada kedua orang tua mu kalau kamu mampu, dan selama itu aku akan menjadi sahabat kamu yang akan selalu menjaga kamu selamanya”. Jawab Putra.
***
            Dan selama itu pun Putra menjadi sahabat yang selalu menjaga Zahra dan selalu menyayangi Zahra sampai selamanya dan akan terus menunggu Zahra sampai kapan pun.
            Terutama bagi Zahra sahabat adalah segalanya, tetapi kedua orang tua adalah yang paling utama, dan selamanya pula Zahra akan tetap menyayangi sahabat yang mungkin akan menjadi salah satu bagian yang terpenting setelah kedua orang tua Zahra.